Artikel - RIM Indonesia

Go to content

Main menu

Artikel

Berita & Artikel
A r t i k e l

Tenaga Perawat Indonesia Sulit Tembus AS

BANDUNG — Tenaga perawat Indonesia sulit menembus pasar kerja Amerika Serikat karena belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Direktur PT Roll Internusa Mandiri, Juliati Simanjuntak mengatakan hal itu Rabu (29/9) di Universitas Padjajaran Bandung.

”Perawat Indonesia pendidikannya rata-rata D III dan S1. Sedangkan perawat di AS paling tinggi hanya setara D-II,” ujar Juliati. Sayangnya pendidikan tersebut belum mampu diunggulkan oleh perawat Indonesia agar dapat bersaing di AS. Kelemahan paling mencolok perawat Indonesia adalah kurangnya kemampuan berbahasa Inggris.

Padahal kemampuan berbahasa Inggris tersebut selama ini selalu menjadi syarat utama yang diberlakukan di AS. Menurut Juliati apabila syarat utama ini mampu dipenuhi maka perawat Indonesia diyakini mampu bersaing dalam berebut pasar kerja di AS.

Saat ini saja kebutuhan perawat di AS setiap tahun mencapai 500 ribu orang. Kebutuhan tersebut kini mayoritas diisi oleh perawat asal Filipina. Juliati mengatakan dengan skill yang dimiliki, perawat Indonesia dipastikan hanya mampu bersaing di Timteng dan Asean.

Peningkatan skill merupakan upaya yang harus dilakukan oleh perawat Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 400 akademi perawat yang mampu menghasilkan lulusan perawat sebanyak 18 ribu orang setiap tahunnya.

Di AS gaji perawat, sebut Juliati, rata-rata adalah USD 4.200/bulan. Sementara di Eropa seperti Inggris gaji perawat rata-rata adalah 1.700 Poundsterling/bulan. Sedangkan di negara Timteng dan Asean gaji perawat tidak lebih dari setengah gaji yang diberlakukan di AS dan Eropa. (dio)
www.sinarharapan.co.id/berita/0409/30/nas09.html


 

Jumlah Penganggur Terdidik Bertambah

YOGYAKARTA - Jumlah penganggur terdidik dari tahun ke tahun terus bertambah. Menurut laporan International Labour Organization (ILO), selama dua tahun terakhir ini terjadi peningkatan pengangguran dunia rata-rata 20 juta. Total jumlah penganggur saat ini 180 juta dan seperempatnya berada di Indonesia.

Direktur PT Roll Internusa Mandiri (RIM) Juliati Simanjuntak mengungkapkan hal itu pada pelantikan perawat dan peresmian Unit Pelatihan Perawat Profesional Indonesia di Fakultas Kedokteran UGM, baru-baru ini.

Dia memaparkan, penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami pembengkakan. Tahun 2001, jumlahnya mencapai 1,83 juta. Tahun berikutnya meningkat menjadi 1,19 juta. Pada 2003 mencapai 2,4 juta dan data terakhir pada 2004 menjadi 2,56 juta orang.

''Persoalan yang dihadapi Indonesia karena indeks kualitas SDM masih rendah. Berdasarkan data 2001, posisi Indonesia berdasarkan indeks tersebut berada pada posisi ke-38, di bawah Fiji, Cape Verde, Sri Lanka, Filipina, Thailand dan Malaysia,'' jelas Juliati.

Perawat
Mengenai dunia keperawatan dia mengatakan, kebutuhan tenaga itu dalam 20 tahun ke depan akan terus bertambah. Dia mencontohkan, di AS saja terjadi kekurangan tenaga perawat dua juta/tahun. Tentu kondisi tersebut menjadi peluang bagi lulusan perawat di Asia, termasuk Indonesia.

Lembaga pendidikan perawat di Indonesia setiap tahun menghasilkan 21.800 orang berdasarkan data Pusdiknakes. Dari jumlah tersebut, apabila ingin bersaing dengan perawat dari negara lain, lulusan perawat di sini harus berstandar internasional. ''Jadi, sudah saatnya kita melatih perawat agar dapat bekerja sebagai perawat internasional,'' tandas Juliati.

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM dokter Sunartini SpAk ketika melantik 100 perawat mengatakan, untuk melengkapi kompetensi perawat profesional berstandar internasional perlu dikembangkan unit pelatihan. Unit itu bertujuan meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan dalam keperawatan. (D19-39n)
http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/04/ked11.htm

 


Masa Depan Perawat di LN Sangat Baik!


Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) di Dunia 2020
Kebutuhan tenaga Perawat di negara maju seperti: Amerika, Canada, Eropa, Australia, Jepang dan Timur Tengah melonjak dengan drastis sejak tahun 1980. Diperkirakan bahwa kebutuhan tenaga di Amerika ditahun 1980 sekitar 200,000 perawat, dan kebutuhan ini akan melonjak menjadi 500,000 Perawat ditahun 2020 untuk mendukung kebutuhan pelayanan kesehatan di Amerika.  Untuk seluruh negara maju diatas kebutuhan Perawat diperkirakan mencapai 1 juta Perawat Pada tahun 2020 (Atienza, 2004).

Dua penyebab utama meningkatnya kebutuhan tenaga Perawat adalah penuaan penduduk dinegara maju, pertama karena meningkatnya usia maka kebutuhan pelayanan kesehatan juga akan meningkat, yang artinya meningkatnya kebutuhan Perawat.  Kedua, menurunnya supply tenaga perawat dinegara maju tersebut karena generasi muda dinegara maju tersebut lebih suka menggeluti dunia bisnis, IT atau komunikasi dan tidak  berminat untuk menjadi Perawat lagi. Penyebab lain meningkatnya kebutuhan tenaga keperawatan ialah bencana alam/ kerusuhan yang terjadi di beberapa tempat di dunia, seperti peledakan bom di World Trade Center, peledakan bom di Saudi Arabia, bencana alam Tsunami, Katrina, dan semua kerusuhan/ bencana ini akan meningkatkan kebutuhan tenaga keperawatan.

Kebutuhan perawat ini dipenuhi oleh Perawat dari negara berkembang yang mempunyai tenaga keperawatan yang sesuai dengan standar dunia. Tiga sumber utama tenaqga keperawatan dunia ialah dari Phillippine, India dan China. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, seharusnya mampu mengekspor tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan dunia diatas.

Mengapa kita tidak bisa mengirimkan tenaga keperawatan dengan standar dunia diatas?  Perawat Indonesia hingga saat ini belum  bisa bersaing dengan perawat Philippine dan India, karena faktor Bahasa Inggris sebagai media komunikasi di negara tujuan.  Bahasa Inggris ini diukur dengan Nilai Test IELTS (International English Language Testing System) dengan Nilai Overall adalah 6,5.  Test IELTS terdiri dari 4 komponen: a. Mendengar (30 menit), b) Membaca (60 menit), c) Menulis (60 menit), dan d) Bicara (15 menit). Di Indonesia IELTS tes dilakukan di IDP Education Australia di jalan Kuningan Jakarta, dan British Council di Jakarta.

Faktor kedua, ialah Sertifikasi Keperawatan Internasional. Standar Perawat dalam dunia ialah lulusan Universitas yang bergelar Bachelor of Science in Nursing (BSN), dan mempunyai Sertifikasi RN (Registered Nurse).  Perawat RN dari India, Malaysia akan diakui sertifikasinya oleh negara2 Commonwealth karena standar pendidikan keperawatannya sudah dibuat sama dengan standar Internasional.  Demikian juga Perawat Phillippine, begitu mereka lulus BSN mereka mengambil Sertifikasi RN di Philippine yang diakui oleh dunia Internasional.  Bahasa Inggris tidak menjadi masalah bagi mereka, karena mereka sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka.

Indonesia baru mengembangkan program Sarjana Keperawatan sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam program pendidikannya memisahkan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan (4 tahun) dimana lulusannya bergelar SKp (Sarjana Keperawatan).  Setelah lulus para SKp mengambil Program Pendidikan Profesi Keperawatan (1,5 tahun) yang lulusannya bergelar Ners. Masalahnya, Gelar SKp dan Ners ini hanya berlaku di Indonesia, dan tidak diakui dunia Internasional.

Untuk mengukur kompetensi para perawat lulusan berbagai negara ini, maka Negara Amerika membuat Standar Kompetensi Keperawatan dengan melakukan Ujian NCLEX-RN (National Council License Examination - Registered Nurse).  Ujian ini untuk Asia masih dilakukan di Hongkong.  Tes ini untuk mengukur kompetensi perawat apakah mereka mempunyai pengetahuan dan skills untuk bekerja di Rumah Sakit di Negara Maju.

Agar para Perawat kita mampu untuk lulus IELTS dengan nilai 6,5 dan lulus ujian NCLEX-RN, kita harus melakukan beberapa hal:

a) Upgrade pendidikan Perawat profesional agar sesuai dgn standar Perawat Internasional,
b) Upgrade training clinical skills Perawat agar mampu bekerja di RS Internasional, dan
c) Mengirimkan perawat ke Negara Maju yang membutuhkan.

Bagaimana kondisi keperawatan di Indonesia saat ini ?  Kita bahas pada topik yad.

Suprijanto Rijadi, dr, PhD   srijadi04@yahoo.com
Saturday September 17, 2005 - 11:38pm (PDT)
http://blog.360.yahoo.com/blog-vKiuY48iaa99GCdma4TVq4U-?cq=1

 
Saturday, Sep 17, 2005 - 11:38pm
Mengirim Perawat Indonesia ke Luar Negeri?
Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) di dunia Barat (Amerika, Eropa, Australia, Canada, Jepang) meningkat dengan  pesat, sejalan dengan penuaan usia baby boomer dan menurunnya keinginan menjadi Perawat pada generasi muda di Barat.  Diperkirakan di Amerika saja kekurangan perawat profesional berkisar antara satu juta orang ditahun 2015 nanti.

Pada saat ini kekurangan perawat ini ditutup oleh perawat dari tiga negara Asia, yaitu: Filipina, China dan India. Padahal secara demografis, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang terbesar keempat didunia, sehingga peran Indonesia dalam memasok tenaga Perawat Profesional keluar negeri adalah hal yang dapat dan bisa dilaksanakan. Jadi dimana masalahnya ?

Dari sudut supply terlihat besarnya jumlah Akademi Perawat yang mendidik Perawat D3, yang berjumlah lebih dari 1000 Akper diseluruh Indonesia. Jumlah Sarjana Keperawatan masih relatif kecil, karena Program Studi Sarjana Keperawatan baru sekitar duapuluhan, dan baru dimulai sejak 5 tahun yang lalu. Namun kelemahan mendasar ialah para lulusan Perawat ini standar kompetensinya tidak diakui oleh dunia Internasional. Sebagai contoh lulusan Perawat Malaysia diakui oleh Negara Commonwealth, dan lulusan Filipina langsung bisa bekerja di Amerika dan Eropa.  Kelemahan kedua ialah kemampuan bahasa Inggris yang lemah, yang dibutuhkan dalam kompetisi tingkat internasional.

Kelemahan lain ialah profesionalisme dunia keperawatan di Indonesia. Secara teoritis, Perawat ialah profesi yang terjepit diantara dua kekuasaan, yaitu Manajer dan Dokter.  Bila Manajer RS mengharuskan perawat mematuhi sistem dan prosedur, maka Dokter akan meminta agar Perawat menyediakan apa yang diminta secara cito (segera).  Secara historis, juga para dokter lebih melihat Perawat sebagai pembantu mereka, sehingga Perawat Indonesia lebih menguasai prosedur medis daripada asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab mereka.

Bagaimana cara kita menutupi kelemahan ini? Kita bahas dalam topik berikutnya.

Suprijanto Rijadi dr,PhD    srijadi04@yahoo.com
Thursday September 15, 2005 - 10:12am (PDT)
http://blog.360.yahoo.com/blog-vKiuY48iaa99GCdma4TVq4U-?cq=1l


 

Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global
Oleh : Elsi Dwi Hapsari

1. Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini, pengiriman tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri, khususnya perawat, menjadi perbincangan yang cukup hangat di berbagai kalangan. Di tengah semakin meningkatnya jumlah pengangguran terdidik dari tahun ke tahun1), tentu merupakan hal yang melegakan bahwa perawat dari Indonesia dilaporkan berpeluang bekerja di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan kawasan Asia Tenggara (Singapura, Malaysia)2-4). Jumlah permintaan berkisar antara 30 orang sampai dengan tidak terbatas5).

Selengkapnya http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=159

 
Copyright: PT RIM Indonesia
Search / Cari
3/28/2018
Back to content | Back to main menu